A. Ekonomi Makro
Secara umum, ilmu ekonomi berguna karena ia memberikan
petunjuk-petunjuk mengenai kebijaksanaan apa yang bisa diambil untuk
menanggulangi suatu permasalahan ekonomi tertentu. Ekonomi makro, sebagai satu cabang
dan ilmu ekonomi, berkaitan dengan permasalahan kebijaksanaan tertentu, yaitu
permasalahan kebijaksanaan makro.
Tugas pengendalian makro adalah juga mengusahakan agar
perekonomian bisa bekerja dan tumbuh secara seimbang, terhindar dan
keadaan-keadaan yang bisa mengganggu keseimbangan umum tadi. Pengelolaan yang
lebih khusus atas masing-masing sektor perekonomian bukan bagian dan tugas
pengendalian makro, meskipun menjaga keseimbangan antara masing-masing sektor
termasuk di dalam tugas tersebut.
Ekonomi makro atau makro-ekonomi adalah
studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makro-ekonomi menjelaskan perubahan
ekonomi yang mempengaruhi banyak masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Ekonomi
makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi
target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
B. Permasalahan
Ekonomi Makro
Secara garis
besar, permasalahan kebijaksanaan makro mencakup dua permasalahan pokok:
ü Masalah jangka pendek atau masalah
stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana “menyetir” perekonomian
nasional dan bulan ke bulan, dan triwulan ke triwulan atau dan tahun ke tahun,
agar terhindar dan tiga “penyakit makro” utama yaitu:
1)
inflasi
Inflasi
merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para
pemikir ekonomi. Pada asasnya inflasi merupakan gelaja ekonomi yang berupa
naiknya tingkat harga.
Inflasi
adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada
barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
2)
pengangguran
Berkurangnya
daya serap lapangan kerja berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat
pengangguran. Untuk menekan angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu
menyelamatkan industri-indusri padat karya dan perbaikan irigasi bagi
pertanian.
Berikut
merupakan jenis-jenis pengangguran :
Pengangguran
sikrikal :
pengangguran ini disebabkan karena adanya kemunduran negara.
Pengangguran
triksional : pengangguran ini karena penggunaan tenaga
kerja yang penuh.
Pengangguran
struktural : pengangguran yang disebabkan oleh penggeseran
struktur ekonomi ke suatu negara.
3)
ketimpangan dalam neraca pembayaran.
ü Masalah jangka panjang atau masalah
pertumbuhan. Masalah ini adalah mengenai bagaimana kita “menyetir” perekonomian
kita agar ada keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas
produksi, dan tersedianya dana untuk investasi. Pada asasnya masalahnya juga
berkisar pada bagaimana menghindari ketiga penyakit makro di atas, hanya
perpektif waktunya adalah lebih panjang (lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan
dua puluh lima tahun).
Dalam
analisa jangka pendek faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah atau
tidak bisa kita ubah:
(a)
Kapasitas total dan perekonomian kita. Kegiatan investasi dalam jangka pendek,
masih mungkin dilakukan, tetapi ha nya dalam arti khusus, yaitu sebagai
pengeluaran investasi berupa penambahan stok barang jadi, setengah jadi atau
pun barang mentah di dalam gudang para pengusaha, dan pengeluaran oleh
perusahaan-perusahaan untuk pembelian barang-barang modal (mesin-mesin,
konstruksi gedung-gedung dan sebagainya). Tetapi yang perlu diingat, “jangka
pendek” yang kita maksud di sini adalah begitu pendek sehingga pengeluaran
(pembelian) barang-barang modal tersebut beleum bias menambah kapasitas
produksi dalam periodesasi tersebut. (Yaitu mesin-mesin sudah dibeli tapi belum
dipasang).
(b) Jumlah
penduduk dan jurnlah angkatan kerja. Dalam suatu triwulan misalnya,
jumlah-jumlah mi praktis bisa dianggap tidak berubah.
(c) Lembaga-lembaga
sosial, politik, dan ekonomi yang ada.
Selanjutnya dari segi teori, apabila
kita ingin “menyetir” perekonomian kita dalam jangka pendek, kita harus
melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat jangka pendek pula,
misalnya dengan jalan :
1.
menambah
jumlah uang yang beredar,
2.
menurunkan
bunga kredit bank,
3.
mengenakan
pajak import,
4.
menurunkan
pajak pendapatan atau pajak penjualan,
5.
menambah
pengeluaran pemerintah,
6.
mengeluarkan
obligasi negara dan sebagainya.
Kebijaksanaan-kebinksanaan
semacam ini mempunyai ciri umum bahwa kesemuanya bisa dilakukan tanpa harus
mengubah ketiga factor tersebut di atas.
Jadi
seandainya kita menginginkan kenaikan produksi dalam jangka pendek, kita bisa
melakukannya dengan, misalnya:
1.
memperlancar
distribusi bahan-bahan mentah kepada para produsen,
2.
mendorong
pcngusaha untuk mempergunakan pabrik-pabriknya secara lebih intensif (menambah
giliran kerja/shift),
3.
memberikan
kerja lembur kepada para karyawan dan sebagainya.
Kehijaksanaan-kebijaksanaan
semacam mi bisa menaikkan arus produksi barang/jasa tanpa mengubah ketiga
faktor di atas. Kesemuanya ini adalah kebijakilnaan-kebijaksanaan jangka
pendek. Dan kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam inilah yang sering diandalkan
untuk tujuan stabilisasi.
Meskipun
demikian perlu kita catat di sini bahwa dalam praktek yang berkaitan antara
masalah jangka pendek dan masalah jangka panjang, adalah sangat erat, terutama
bagi negara-negara sedang berkembang. Dengan lain kata, kita seringkali tidak
bisa mengkotakkan secara jelas mana yang jangka pendek dan mana yang jangka
panjang.
Di banyak
negara-negara sedang berkembang, kita tidak bisa melakukan kebijaksanaan
stabilisasi yang terlepas dan kebijaksaanaan pembangunan ekonomi (jangka
panjang). Seringkali kebijaksanaa-kebijaksanaan jangka pendek yang kita
sebutkan di atas, meskipun kita Iaksanakan secara setepat-tepatnyapun, tidak
bisa menghilangkan secara tuntas penyakit makro, seperti inflasi dan
pengangguran yang diderita oleh masyarakat dalam jangka pendek. Sebabnya adalah
bahwa di negara-negara tersebut seringkali penyakit iniflasi dan pengangguran
tersebut berakar pada sebab-sebab “sturuktural,” yaitu pada faktor-faktor yang
hanya bisa berubah atau diubah dalam jangka panjang dan biasanya melalui
pembangunan ekonomi dan social.
C. Kerangka Analisa makro
Setelah kita
mengetahui duduk persoalan mengenai masalah -masalah pokok apa yang dikaji
dalam ekonomi makro, maka pertanyaan selanjutnya adalah mengetahui bagaimana
mengaji masalah- masalah tersebut sehingga bisa diperoleh jawaban yang
diinginkan.
Terdapat dua
aspek utama dan kerangka analisa ini. Yang pertarna adalah aspek mengenai “apa”
yang disebut kegiatan ekonomi makro dan “di mana” kegiatan tersebut dilakukan.
Yang kedua adalah aspek mengenai “siapa” pelaku-pelakunya.
a. Empat pasar Makro
Perekonomian
nasional kita lihat sebagai suatu sistem yang terdiri dan empat pasar besar
yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:
(a) Pasar
Barang
(b) Pasar
Uang
(c) Pasar
Tenaga Kerja
(d) Pasar
Luar Negeri
Untuk pasar luar negeri, seringkali menggabungkan
pasar eksport dan pasar impor dan mengamai apa yang terjadi dengan:
v Neraca Perdagangan, yaitu penerimaan
devisa ekspor dikurangi pengeluaran devisa untuk import atau Neraca Pembayaran
apabila kila ingin pula mengetahui tentang aliran keluar-masuknya modal
v Dasar Penukaran Luar Negeri(terms of
trade), yaitu harga rata-rata ekspor kita dibagi dengan harga rata-rata impor
kita.
Cadangan
Devisa, yaitu persediaan devisa yang kita pun pada awal tahun plus saldo neraca
pembayaran. Dalam teori ekonomi makro mempelajari faktor-faktor apa yang
mempengaruhi P dan Q di masing-masing pasar. Karena P dan Q tersebut adalah
hasil pertemuan (atau perpotongan) antara kurva permintaan dan kurva penawaran,
maka ini berarti bahwa teori ekonomi makro pada pokoknya mempelajari
faktor-faktor apa yang mempengaruhi posisi kurva permintaan dan penawaran di
masingmasing pasar.
Selanjutnya
dengan diketahuinya faktor-faktor ini dan pengaruhnya terhadap posisi kurva
permintaan dan penawaran, maka kita selanjutnya bisa menanyakan faktor-faktor
mana di antara semua factor-faktor tersebut yang bisa dipengaruhi oleh
pemerintah melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonominya. Dengan demikian kita
bisa mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan mana yang bisa digunakan oleh pemerintah
untuk mempengaruhi P dan Q di masing-masing pasar. Inilah tujuan akhir dan
mempelajari teori makro, yaitu untuk digunakan sebagai petunjuk bagi pemilihan
atau perumusan kebijaksanaan.
b. Lima Pelaku Makro
Dalam teori
makro kita menggolongkan orang-orarig atau lembaga-lembaga yang melakukan
kegiatan ekonomi menjadi lima kelompok besar, yaitu:
(a) Rumah
Tangga,
(b)
Produsen,
(c)
Pemerintah,
(d)
Lembaga-lembaga Keuangan,
(e)
Negara-negara Lain.
Kegiatan dan
kelima kelompok pelaku ini serta kaitannya dengan keempat pasar di atas dimana
:
Ø Permintaan :
1.
Pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga
2. Belanja
barang oleh Pemerintah
3. Investasi
oleh Perusahaan
4. Ekspor ke
luar negeri
5. Kebutuhan
tenaga kerja oleh Pemerintah
6. Kebutuhan
tenaga kerja oleh Perusahaan
7. Kebutuhan
uang tunai dan kredit
8. Kebutuhan
Rumah Tangga akan uang tunai
9. Kebutuhan
Perusahaan-perusahaan Asing akan rupiah
Ø Penawaran
1.
Hasil
produksi dalam negeri
2.
Impor dan
luar negeri
3.
Tenaga kerja
yang disediakan oleh Rumah Tangga
4.
Suplai uang
kartal
5.
Tabungan
Rumah Tangga
6.
Suplai uang
giral
7.
Suplai dana
luar negeri.
* Kelompok Rumah Tangga melakukan kegiatan-kegiatan
pokok seperti:
(a)
menerima penghasilan dan para produsen dan “penjualan” teraga kerja mereka
(upah), deviden, dan dan menyewakan tanah hak milik mereka.
(b)
menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga atas simpanan-simpanan
mereka;
(c)
membelanjakan penghasilan tersebut di pasar barang (sebagai konsumen);
(d)
menyisihkan sisa dan penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga-lembaga
keuangan;
(e)
membayar pajak kepada pemerintah;
(f)
masuk dalam pasar uang sebagai “peminta” (demanders) karena kebutuhan mereka
akan uang tunal untuk misalnya transaksi sehari-hari.
**Kelompok Produsen melakukan kegiatan-kegiatan pokok
berupa:
(a)
memproduksikan dan menjual barang-barang/jasa-jasa (yaitu sebagai supplier di
pasar barang);
(b)
Menyewa/menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh kelompok rumah
tangga untuk proses produksi;
(c)
menentukan pembelian barang-barang modal dan stok barang-barang lain (selaku
investor masuk dalam pasar barang sebagai peminta atau demander);
(d)
meminta kredit dan lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka (sebagai
demander di pasar uang);
(e)
membayar pajak.
***Kelompok Lembaga Keuangan mencakup semua bank-bank
dan lembaga-lembaga keuangan lainnya kecuali bank sentral (Bank Indonesia),
Kegiatan mereka berupa:
(a)
menerima simpanan/deposito dan rumah tangga;
(b)
menyediakan kredit dan uang giral (sebagai supplier dalam pasar uang).
(c)
Pemerintah (termasuk di dalamnya bank sentral) melakukan kegiatan berupa:
-
menarik pajak langsung dan tak langsung;
-
membelanjakan penerimaan negara untuk membeli barang-barang kebutuhan
pernerintah (sebagai demander di pasar barang),
-
meminjam uang dan luar negeri;
-
menyewa tenaga kerja (sebagai demander di pasar tenaga kerja);
-
menyediakan kebutuhan uang (kartal) bagi masyarakat (sebagai supplier di pasar
uang).
Negara-negara
lain:
(a)
menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai supplier di pasar barang);
(b)
membeli hasil-hasil ekspor kita (sebagai demander di pasar barang);
(c)
menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri;
(d)
membeli dan pasar barang untuk kebutuhan cabrng perusahaannya di Indonesia
(sebagai investor);
(e)
masuk ke dalam pasar uang dalam negeri sebagai penyalur uang (devisa) dan luar
negeri (sebagai supplier dana) dan sebagai peminta kredit dan uang kartal
rupiah untuk kebutuhan cabang-cabang perusahaan mereka di Indonesia (demander
akan dana). (Singkatnya, sebagai penghubung pasar uang dalam negeri dengan
pasar uang luar negeri).
D. Teori-teori Makro
Teori
ekonomi makro disebut teori kesempatan kerja (employment theory) karena pembahasannya pada kesempatan kerja.
Tokohnya ialah, J.M Keynes dan Evsey Domar.
Dasar Filsafat Teori Keynes
Menghadapi masalah depresi dan pengangguran yang
begitu hebat, kaum sosialis di negara-negara Barat mengatakan bahwa
kesalahannya terletak pada sistem perekonomian itu sendiri, yaitu sistem
laissez faire atau liberalisme atau kapitalisme.
Keynes mengatakan bahwa untuk menolong sistem
perekonomian negara-negara tersebut, orang harus bersedia meninggalkan ideologi
laissez faire yang murni yang terkandung dalam pemikiran Klasik. Tidak bisa
tidak, demikian Keynes, Pemerintah harus melakukan lebih banyak campur tangan
yang aktif dalam mengendalikan perekonomian nasional. Pendapat bahwa peranan
Pemerintah dalam kegiatan ekonomi harus seminimal mungkin sehingga tidak merongrong
hak asasi manusia, kebebasan berusaha dan mengabdikan pada bekerjanya “natural
laws”, haruslah ditinggalkan atau pling tidak diubah. Keynes berpendapat bahwa
kegiatan produk dan pemilikan faktor-faktor produksi, masih tetap bisa
dipercayakan kepada pengusaha swasta, tetapi sekarang pemerintah wajib
melakukan kebijaksanaan yang aktif untuk mempengaruhi gerak perekonomian.
Evsey
D. Domar
Gagasan Domar berpangkal tolak pada berlakunya asas.investment multiplier.
Laju pertumbuhan pada permintaan efektif langsung
dihadapkan pada.kapasitas produksi.
Dalam modelnya diungkapkan bahwa pertumbuhan pada permintaan
adalah sama dengan pertambahan investasi (I) dikalikan olehmultiplier (I/s).
Sedangkan, pertumbuhan pada kapasitas produksi adalahsama dengan pertambahan investasi
(I) dibagi oleh capital-output ratio (k).Alhasil pertumbuhan pada permintaan
adalah sama dengan pertumbuhan pada kapasitas produksi :
∆I/I = s/k.